Kategori: Ekonomi

  • Petani Pandeglang raup keuntungan jutaan rupiah panen petai

    Petani Pandeglang raup keuntungan jutaan rupiah panen petai

    PortalBanten – Sejumlah petani di Kabupaten Pandeglang, Banten, meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah dari panen petai, sehingga dipastikan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi di daerah ini.

    “Kami panen petai dari 10 pohon dibeli tengkulak Rp2 juta per pohon, sehingga menghasilkan pendapatan Rp20 juta,” kata Amin (55), seorang petani, di kawasan Gunung Karang, Kabupaten Pandeglang, Minggu.

    Panen petai di wilayahnya pada awal tahun 2025 relatif baik dan bisa meraup keuntungan dibandingkan tahun sebelumnya.

    Sebab, panen petai dari 10 pohon itu buahnya cukup banyak, sehingga diborong tengkulak di atas pohon Rp2 juta per pohon.

    Petani di kawasan Gunung Karang hampir semua panen petai, karena lahannya tumbuh subur di atas perbukitan dan dataran tinggi.

    “Kami memastikan panen petai tahun ini menguntungkan dibandingkan 2024 lalu relatif kecil dan hanya menghasilkan sekitar Rp7 juta,” kata Amin.

    Begitu juga Yayan (55), petani di Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang mengatakan panen petai tahun ini cukup menguntungkan, karena buahnya cukup banyak dan melimpah.

    Bahkan, sepanjang jalur wisata pesisir pantai kawasan Carita banyak pedagang yang menjajakan petai.

    “Kami panen petai tahun ini sebanyak 20 pohon dibeli tengkulak Rp1,5 juta per pohon, sehingga menghasilkan pendapatan Rp30 juta,” katanya pula.

    Aceng (45), seorang pedagang petai di jalur Pantai Carita, Pandeglang mengatakan dirinya berjualan hingga bisa menghabiskan 1.000 papan dengan harga Rp300 ribu per papan dengan jumlah 100 buah petai.

    “Jika habis sebanyak 1.000 papan, maka bisa menghasilkan pendapatan Rp3 juta,” katanya lagi.

    Sementara itu, Sarman (55), seorang tengkulak warga Pandeglang mengaku sejak sepekan terakhir ini dirinya memasok petai ke luar daerah, seperti Rangkasbitung, Serang , Tangerang, dan Jakarta.

    Panen petai yang didapati itu dari beberapa daerah sebagai sentra petai, seperti di kawasan Gunung Karang, Gunung Aseupan, Gunung Pulosari, juga Kecamatan Carita, Mandalawangi, Menes, Karangtanjung, dan Cadasari.

    Umumnya, kata dia, panen petai itu bersamaan dengan panen buah durian.

    “Kami sudah 20 tahun sebagai tengkulak petai bisa membantu pendapatan ekonomi keluarga petani dan menyerap puluhan tenaga kerja,” kata dia pula.

  • Panen rambutan di Lebak tumbuhkan ekonomi masyarakat

    Panen rambutan di Lebak tumbuhkan ekonomi masyarakat

    PortalBanten – Panen rambutan di Kabupaten Lebak, Banten mampu menumbuhkan ekonomi masyarakat di daerah itu hingga menghasilkan pendapatan jutaan rupiah.

    “Kami sangat terbantu pendapatan ekonomi keluarga dengan tibanya musim panen rambutan itu,” kata Janari (55) seorang petani warga Kampung Buruy Kecamatan Maja Kabupaten Lebak, Minggu.

    Panen buah rambutan tahun ini sangat diuntungkan, karena buahnya per pohon cukup banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

    Pendapatan hasil panen rambutan itu dipastikan menggulirkan pertumbuhan ekonomi masyarakat mulai petani, buruh pemanjat pohon, buruh mengikat rambutan hingga pengemudi.

    Mereka para tengkulak itu membeli buah rambutan di atas pohon rata-rata Rp2 juta per pohon , bahkan petani di antaranya terdapat sebanyak 70 pohon.

    Jika, harga buah rambutan itu Rp2 juta maka petani bisa meraup keuntungan Rp140 juta,katanya.

    “Kami panen rambutan tahun ini mendapatkan Rp40 juta dari 20 pohon itu,sedangkan tahun lalu hanya Rp10 juta karena banyak yang tidak berbuah,” katanya.

    Begitu juga Memed (50) seorang petani warga Curugbitung Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya panen rambutan jenis tengkue tahun ini sangat diuntungkan, karena harga di pasaran cukup tinggi.

    Selain itu juga panen rambutan cukup banyak hingga dari empat pohon mencapai 5.000 ikat dengan harga Rp3.000 per ikat, sehingga menghasilkan pendapatan Rp15 juta.

    Produksi rambutan itu dipasok ke Tangerang dan Jakarta dengan dijual per ikat, namun banyak juga pembeli atau pedagang pengecer yang datang ke sini dengan harga Rp3.000/ikat.

    “Kami panen rambutan tengkue tahun ini bisa menghasilkan pendapatan puluhan juta rupiah dari 20 pohon,” katanya.

    Sementara itu, Kepala Bidang Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan, saat ini beberapa kecamatan memasuki musim panen buah rambutan, seperti di Kecamatan Curugbitung, Maja, Rangkasbitung, Cimarga, Cibadak dan Sajira.

    Sebab, daerah itu merupakan kawasan pengembangan hortikultura jenis rambutan dari pemerintah tahun 1980-an.

    Selama ini, panen rambutan itu cukup mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat dan mampu mengatasi kemiskinan ekstrem dan pengangguran.

    “Kami mendorong agar petani terus meningkatkan mutu dan kualitas rambutan hingga bisa diekspor ke luar negeri,” katanya.

  • Bapanas minta pemda pantau rutin harga dan stok pangan di pasar

    Bapanas minta pemda pantau rutin harga dan stok pangan di pasar

    PortalBanten – Badan Pangan Nasional (Bapanas) meminta pemerintah daerah melakukan pemantauan dan pengawasan rutin terkait ketersediaan maupun harga pangan.

    “Hasil pemantauan yang dilakukan Bapanas pada akhir bulan Januari di Kota Tangerang, harga pangan terpantau stabil. Ini perlu diawasi agar tidak ada gejolak di bulan Februari apalagi masuk bulan Ramadhan,” kata Direktur Pengawasan Penerapan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Bapanas Hermawan dalam keterangannya di Kota Tangerang, Banten, Sabtu.

    Hasil pemantauan menunjukkan harga daging Rp135 ribu per kilogram. Lalu harga telur ayam Rp26 ribu per kg dan ayam Rp35 ribu per ekor.

    Angka ini masih tergolong aman atau tidak terlihat adanya kenaikan signifikan. Secara ketersediaan di pasar juga aman dan cukup

    “Saya berharap semangat menjaga keamanan pangan untuk masyarakat kita terus dijaga. Sehingga, seluruh warga Kota Tangerang benar-benar mendapatkan pangan yang berkualitas,” ujanrya.

    Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang Muhdorun mengatakan Pemkot Tangerang sudah menyiapkan upaya untuk memenuhi kebutuhan warga saat Ramadhan di antaranya gerakan pangan murah (GPM) yang akan berlangsung di 13 kecamatan.

    Adapun harga pangan di GPM yakni beras SPHP 5 kg dengan Rp57.500, beras Sylp Super 5 kg Rp70 ribu, Beras Sentra Ramos 5kg Rp70 ribu.

    Selain itu, Raja Gula 1kg Rp17.500, gula maniskita 1kg Rp17.500, MinyaKita Premium 1 liter Rp17 ribu dan ada Terigu Tulip 1kg Rp11 ribu.

    Adapun yang disajikan dengan konsep paket, yaitu beras SPHP, minyak dan gula dengan harga Rp91 ribu atau paket beras premium, minyak dan gula hanya Rp104 ribu. Dan masih banyak pilihan frozen food dengan harga Rp15 ribu hingga Rp30 ribu.

    “Harga-harga ini dipastikan lebih murah dibanding harga pasaran. Ini menjadi kabar baik, untuk seluruh ibu-ibu untuk mengisi kebutuhan dapur selama bulan puasa. Jadi, pantau terus informasi terbaru di seluruh sosial media resmi Pemkot Tangerang,” katanya.

  • Baznas Provinsi Banten tetapkan besaran Zakat Fitrah 2025

    Baznas Provinsi Banten tetapkan besaran Zakat Fitrah 2025

    PortalBanten – Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Banten menetapkan besaran dari zakat fitrah tahun 2025 yang harus dibayarkan setiap individu umat muslim di wilayah Provinsi Banten.

    Ketua Baznas Provinsi Banten Syibli Syarjaya dalam keterangan di Serang, Kamis mengatakan besaran zakat fitrah yaitu 2,5 kg atau 3,5 liter beras atau makanan pokok per jiwa, setara dengan uang sebesar Rp47.000 per jiwa untuk Tangerang Raya.

    Sedangkan besaran senilai Rp40.000 per jiwa untuk wilayah Kabupaten Serang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak.

    “Penetapan didasarkan pada harga pasaran beras premium di wilayah Provinsi Banten,” ujar dia.

    Syibli mengungkapkan keputusan ini tercantum dalam Surat Keputusan Ketua BAZNAS Provinsi Banten Nomor: 009 tahun 2025 tentang Nilai Zakat Fitrah dan Fidyah untuk Wilayah Provinsi Banten tahun 2025. 

    Besaran tersebut ditetapkan agar bisa memberikan kemudahan bagi para umat muslim khususnya di Provinsi Banten dalam menunaikan zakatnya. 

    “Hal ini bertujuan untuk mempermudah umat muslim dalam menunaikan kewajiban zakat fitrah dan fidyah pada bulan Ramadhan 2025 ini” ujar dia.

    Sybli juga mengatakan, bahwa penetapan besaran zakat fitrah dan fidyah di wilayah Provinsi Banten telah dibahas terlebih dahulu pada rapat pleno pada Selasa (21/1). Pembahasan tersebut juga, melibatkan berbagai pihak.

    “Sementara itu, untuk besaran fidyah di wilayah Provinsi Banten pada tahun ini adalah Rp60.000 per jiwa untuk wilayah Tangerang, dan Rp50.000 perjiwa untuk wilayah Serang, Cilegon, Pandeglang, dan Lebak” pungkas dia.

  • Harga gabah di Lebak tembus Rp7.000 perkilogram

    Harga gabah di Lebak tembus Rp7.000 perkilogram

    PortalBanten – Harga gabah kering simpen di tingkat penggilingan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menembus Rp7.000 perkilogram sehingga petani dapat meraup keuntungan hingga jutaan Rupiah perhektare.

    “Harga gabah tembus Rp7.000 itu di atas harga patokan pemerintah (HPP) Rp6.500 per kilogram,” kata Ketua Kelompok Tani Sukabungah Desa Tambakbaya Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak, Ruhiana di Lebak, Jumat.

    Harga gabah kering simpen (GKS) di tingkat penggilingan di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menembus Rp7.000 per kilogram dari sebelumnya Rp6.000 per kilogram.

    Kenaikkan harga gabah itu, karena harga beras di pasaran juga naik hingga di tingkat penggilingan Rp12.500 per kilogram.

    “Kita menampung gabah dari petani juga memproduksi penggilingan beras,” kata Ruhiana.

    Menurut dia, petani di wilayahnya sebanyak 200 orang dengan lahan sawah seluas 250 hektare, sedangkan produktivitas rata-rata 5 ton gabah kering.

    Mereka petani bisa meraup keuntungan jutaan rupiah per hektare jika harga gabah kering Rp7.000 per kilogram dengan produktivitas 5 ton per hektare, sehingga petani bisa menghasilkan pendapatan Rp 35 juta/hektare.

    “Dari pendapatan Rp35 juta itu petani bisa meraup keuntungan bersih Rp20 juta setelah dipotong biaya produksi Rp15 juta per hektare,” kata Ruhiana menjelaskan.

    Bambang (60) pemilik penggilingan di Warunggunung Kabupaten Lebak mengatakan pihaknya menampung GKS dari petani dengan harga Rp7.000 per kilogram dari sebelumnya Rp6.000 per kilogram.

    Melonjaknya harga gabah dipicu naiknya harga beras di pasaran hingga harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500 per kilogram.

    “Kami sendiri memasok beras dengan harga Rp12.500 per kilogram hingga 30 ton per bulan ke Pasar Tradisional Rangkasbitung,” kata Bambang.

    Bambang mengatakan permintaan beras untuk pasar cenderung meningkat, sehingga dapat memicu kenaikan gabah di tingkat penggilingan.

    Saat ini, kata dia, harga beras jenis medium KW 1 dijual Rp14.000 per kilogram, KW 2 Rp13.500 per kilogram dan KW 3 Rp12.600/kilogram.

    “Kami yakin kenaikan beras itu dipastikan kehidupan petani menjadi lebih baik,” katanya.

    Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak Deni Iskandar mengatakan pemerintah menyambut positif dengan harga gabah kering simpen di tingkat penggilingan Rp7.000/kg dan lebih tinggi dibandingkan HPP Rp6.500/kg.

    Melonjaknya harga gabah itu dipastikan tingkat pendapatan ekonomi petani lebih baik dan dapat bermuara meningkatkan kesejahteraan kehidupan keluarga mereka.

    “Jika panen menghasilkan produktivitas gabah kering simpen rata-rata 5 ton dengan harga Rp7.000 /kg maka pendapatan petani bisa mencapai puluhan juta rupiah per hektare,” jelasnya.